SURABAYA, 1 Juni 2025
Surabayasatu.net Panas terik menyengat kulit, tidak menyurutkan ibu ibu Dusun Gumuk Limo, Desa Nogosari, Kecamatan Rambipuji, Kabupaten Jember, melakukan aktivitas di sebuah rumah milik Ketua Kelompok Tani Tunas Harapan.
Disisi lain, sejumlah bapak bapak sibuk dengan mengangkut tembakau jenis Na Oogst untuk dimasukkan ke dalam rumah tempat pengeringan tradisional tembakau.
Tiga bangunan menjulang dengan atap jerami berdiri tegak di antara rumah rumah warga Desa lainnya. Bangunan setinggi hampir 10 meter tersebut menggunakan atap jerami, bukan genting.
Tampak dari luar sekilas bangunan tersebut menyerupai sebuah rumah ibadah. Namun, bila masuk di dalamnya ribuan ton tembakau Na Oogst bergelantungan di antara kayu tiang kayu penyangga bangunan.
Orang awam akan terkejut bila melihat ribuan ton tembakau bergelantungan. Kenapa tidak ditempatkan diluar untuk dikeringkan atau di gudang yang memadai. Jawabnya, itulah cara tradisional petani tembakau dalam mengeringkan tembakau Na oogst.
Bila biasanya tembakau dikeringkan ditanah lapang. Tapi, khusus tembakau jenis Na Oogst dikeringkan dengan cara khusus. Tidak diluar tapi didalam bangunan terbuat dari jerami.
Terkesan aneh, tapi itulah cara tradisional yang ditempuh petani tembakau Na Oogst dalam mengeringkan tembakau. Cara yang dipakai tidak lain dengan memasan secara bergelantungan tembakau yang diambil dari kebun dan disusun berlapis hingga ketinggian 10 meter.
Setelah tertata rapi bersusun susun, Langkah selanjutnya, dengan menyiapkan tumpukan jerami kering dibawa tembakau yang bergelantungan tersebut. Kemudian membakarnya hingga mengeluarkan asap putih pekat.
“Jerami dibakar di bawahnya, tidak boleh sampai menimbulkan api tapi hanya asap saja. Kemudian asal diarah ke atas, memenuhi seluruh bangunan yang sudah terisi tembakau,” kata Rahman salah satu Anggota Ketua Kelompok Tani Tunas Harapan, Dusun Gumuk Limo, Desa Nogosari, Kecamatan Rambipuji, Kabupaten Jember.
Selama proses pengeringan dengan asap, tidak diperkenankan satupun anggota yang bertugas untuk santai. Mereka harus mengawasi berjam jam proses pengeringan. “Pokoknya jangan sampai asap menjadi api, harus tetap dipertahankan menjadi asap,” katanya.
Pengalaman unik, sejak praktek tradisional itu diterapkan, sudah tiga kali rumah pengeringan terbakar. Karena petugas jaga lalai, membiarkan asap menjadi api hingga membakar semua tembakau. “Ini risiko, tapi sejak itu pengawasan diperketat,” ujarnya.
Setelah hampir lima jam, tembakau sudah terlihat yang awalnya hijau menjadi coklat dan kerang. Kemudian diturunkan secara perlahan perlahan untuk dilakukan pemilihan mana yang masih bagus atau ada yang rusak.
Sepintas cerita unik dari proses pengeringan yang dilakukan petani tembakau yang khusus memproduksi tembakau Na Oogst. Proses itu hingga kini masih berlangsung secara turun menurun. Tanpa mengurangi kualitas.
Tembakau Na-Oogst di sekitar wilayah Jember banyak tersebar, Kecamatan Tanggul, Bangsalsari, Panti, Sukorambi, dan Rambipuji (Jember) dengan luas lahan Sekitar 3.000–5.000 hektar per tahun (tergantung musim dan permintaan pasar).
Dari segi Produktivitas tembakau yang menjadi andalan Jawa Timur itu mencapai 800–1.200 kg/hektar untuk tembakau Na-Oogst kualitas premium. “Daya jual tembakau ini luar biasa, meski diproses secara tradisional, namun luar biasanya harganya,” kata Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Jatim Dydik Rudy Prasetya.
Harga dipasaran, Harga Petani: Rp 50.000–Rp 150.000/kg (tergantung kualitas), Harga Ekspor: Bisa mencapai Rp 300.000–Rp 500.000/kg setelah proses fermentasi dan sortir.
Tak kalah menariknya, meski dari sebuah desa di Jember, namun mampu melakukan ekspor ke sejumlah negara diantaranya, Belanda, Belgia, Jerman, Amerika Serikat, dan Kuba (untuk industri cerutu).
Meskipun mampu meningkatkan pasar ekspor bagi tembakau nasional. Namun, tembakau Na oogst selalu mengalami kendala khususnya di musim hujan maupun musim kering. Kekeringan atau hujan berlebihan dapat menurunkan kualitas.
Selain itu, maraknya tembakau oplosan yang mengklaim sebagai Na-Oogst asli. Selain itu, adanya pembatasan produksi tembakau global mempengaruhi permintaan. “Namun, Disbun Jatim selalu memberikan bimbingan dan penyuluhan agar mereka tetap mempertahankan kualitas yang ada,” katanya.
Dalam rentang waktu tertentu, Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Timur terjun ke lapangan. Selain melakukan pengawasan juga memberikan penyuluhan serta bantuan bantuan bibit tembakau yang diperlukan.
Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Timur memegang peran strategis dalam mendukung pengembangan tembakau di Jawa Timur, termasuk tembakau Besuki Na-Oogst dan Voor-Oogst di Jember, Bondowoso, dan daerah penghasil tembakau lainnya.
Pihaknya selalu melindungi petani dengan regulasi dan perlindungan petani, berkaitan dengan Penetapan Harga Acuan, ,memberikan rekomendasi harga dasar tembakau untuk melindungi petani dari fluktuasi pasar.
“Selain itu, pengawasan mutu memastikan standar kualitas tembakau sesuai persyaratan ekspor. Jadi, kami all out dalam ikut serta mengembangkan tembakau di Jatim,” katanya.
Kini langkah langkah yang dilakukan Dinas Perkebunan Provinsi Jatim agar kualitas tetap terjaga adalah melalui Inovasi dan Teknologi. Pengaplikasian Teknologi Pertanian: Memperkenalkan alat pengering (curing) modern dan metode fermentasi yang lebih efisien, serta Penanganan Hama dan Penyakit: Memberikan solusi terkait hama seperti kutu tembakau atau penyakit layu.
Selain itu, tembakau Na-Oogst Besuki adalah komoditas strategis yang berkontribusi pada, Devisa ekspor, Reputasi Indonesia di industri cerutu global, Perekonomian petani lokal, Industri pengolahan nasional. Jika ada kebijakan yang mendukung (seperti insentif ekspor dan riset kualitas), kontribusinya bisa lebih besar. **Faishol Taselan