SURABAYA, 18 NOVEMBER 2025
Surabayasatu.net - “Lali gadget” nama yang unik dan mengundang penasaran bagi siapa yang baca. Perpaduan antara bahasa jawa dan bahasa Inggri. Lali artinya lupa sedangkan gadget berkaitan dengan smartphone.
Unik dan terkesan aneh. Tapi itulah pilihan kata yang mendatangkan decak kagum kalangan masyarakat di Sidoarjo, tepatnya di desa Bendet, RT.02/RW.03, Pagerngumbuk, Kec. Wonoayu, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur.
Pemberian nama “Lali Gadget” tidak lain bentuk keprihatinan sebagian komunitas kampung tersebut terhadap anak anak, yang lebih memilih menghabiskan waktu bermain gawai daripada bermain main dengan sesama, padahal bermain adalah dunia anak anak.
Bahkan, ada yang sudah kecanduan gawai. Mereka benar benar tidak mau interaksi dengan teman teman sebayanya. Tidak peduli apa yang disekitarnya, tapi fokus pada gawai yang dibawanya.
Warga Bendet akhirnya memiliki inisiatif mengembalikan lagi dunia anak anak. Kampung Lali Gadget hadir menawarkan solusi untuk mengurangi dampak negatif teknologi dengan pendekatan berbasis budaya.
“Kami mengajak anak-anak kembali bermain, belajar, dan bertumbuh melalui nilai-nilai kearifan lokal dengan bermain permainan tradisional,” kata Salah satu anggota Tim Kampung Lali Gadget Alkurnia faiva Agista.
Di desa kemudian didirikan Kampung “Lali Gadget” tempat bermain bernuansa alam untuk anak anak. Di kampung ini, tidak diperkenankan mereka membawa gadget, tapi mereka harus ikut alur permainan tradisional yang sudah disiapkan.
Kampung Lali Gadget sendiri, adalah wadah untuk anak-anak bermain permainan tradisional. Di mana anak-anak dibebaskan untuk bereksplor, dan Tim Kampung Lali Gadget memberi pengenalan kepada mereka beberapa permainan tradisional, serta permainan lainnya dari bahan alam, dan dari daur ulang.
Dalam Kampung Lali Gadget, terbagi dalam beberapa tema. Ada tema air, tema pasir yang dibikin kolase, membuat menara dari pasir. Selain itu, ada tema daun, daun singkong, seperti saat membuat wayang dari daun singkong, membuat kitiran, membuat kalung. Terus ada lagi tema batu, itu seperti main damparan, main wenga. Ada tema juga bermain tanah lapang, itu bermain gobak sodor, main eklek, petak umpet, dan sebagainya sesuai dengan tema permainan tradisionalnya.
Selain beberapa permainan yang terbagi dalam tema tersebut, juga ada berbagai wahana maupun papan permainan tradisional di Kampung Lali Gadget, seperti dakon, gasing, ada bakiak panjang, dan egrang.
"Jadi, ada permainan kecil-kecil juga, ada suwitan, ada etek-etek, kitiran juga. Untuk kitiran itu memang ciri khas dari kami, Kampung Lali Gadget, kitiran yang warna-warni," katanya.
Target sasaran dari Kampung Lali Gadget ini, yakni anak-anak sekolah sama orang tua yang sadar akan bahayanya gadget pada anak-anak. "Kita itu buka treatment pada anak-anak yang sudah kecanduan gadget, dan untuk sekolah-sekolah yang mengadakan kegiatan outdoor learning dengan nuansa pedesaan," ungkap Gista.
Untuk menggerakan anak anak mau ke kampung lali gadget dengan melakukan kunjungan ke sekolah-sekolah, ataupun sebaliknya anak-anak sekolah yang berkunjung ke Kampung Lali Gadget.
Di Kampung Lali Gadget itu ada balai pendopo, ada tanah, ada kebun luas, itu juga untuk permainan, ada sawah untuk bermain lumpur, ada kolam juga untuk tangkap lele, sudah ada tempatnya. Seperti Kampung atau Desa Wisata," tuturnya.
Selain fokus Kampung Lali Gadget ini menyasar anak-anak yang kecanduan terhadap gadget, kegiatan di Kampung Lali Gadget juga menyasar para orang tua yang merupakan pendidikan awal bagi anak-anak.
"Kami juga mengadakan kegiatan parenting, di acara-acara tertentu. Jadi ibu-ibu bisa daftar di kita gratis juga, kan para ibu adalah madrasah pertama bagi anak-anak. Yang paling pentingnya supaya tidak terlalu terpaku oleh gadget, kami juga sekaligus mengedukasi para ibu-ibu," ujar Gista.
Benar Benar Tinggalkan Gawai
Berani memproklamirkan Kampung Lali Gadget tidaklah mudah, ada target dimana anak anak benar benar bisa sembuh dengan kebiasaan menggunakan gawai. Dan rupanya lambat laun target untuk berhasil.
Pengalaman buruk pernah terjadi, seorang anak yang kecanduan gawai, tiap hari yang dilihat selalu gawai. Gista menceritakan, anak tersebut tidak mau lepas gawai. Bahkan, untuk bersapa dengan temannya saja tidak mau.
Akhirnya anak tersebut dibawa ke Kampung Lali Gadget. Dilakukan pendampingan secara terus menerus, diajak bermain dengan teman teman sesama pengunjung..Lambat laun akhirnya bisa meninggalkan gawai.
“Saya menerima laporan dari orang tua, anak tersebut kini sudah mau lihat televisi dan jarang lagi menggunakan gawai. Dia juga sudah mau bermain dengan anak anak lainnya,” kata Gista menirukan cerita orang tua tersebut.
Targetnya memang ingin mengembalikan keceriaan anak-anak melalui permainan tradisional yang interaktif, seru, dan mendidik, sekaligus memperkuat nilai budaya dan kebersamaan.
“Tidak hanya itu saja, mengajak anak-anak mengenal dan mencintai kearifan lokal melalui permainan tradisional, kesenian, serta aktivitas edukatif yang menyenangkan. Serta Menghadirkan lingkungan edukatif di alam bebas, di mana anak-anak dapat belajar, bermain, dan berinteraksi secara langsung dengan lingkungan sekitar,” katanya.
Tidak mengherankan dalam satu minggu, mereka yang berkunjung mencapai 500 hingga 1.500 siswa. Sedangkan khusus untuk Hari Minggu dibuka untuk umum. Untuk bisa masuk harus booking lebih dulu, supaya terjadwal.
Untuk hari biasa perorangan jarang yang masuk ke Lali gadget, tapi mereka yang masuk sebagian besar dari sekolah tidak hanya di Sidoarjo tapi juga di sejumlah daerah di Jawa Timur.
Pengelola Kampung lali Gadget all out dalam mengdukasi anaka anak. Pada bulan bulan tertentu permainan baru selalu muncul. Bahkan, event event tertentu digelar diloaksi tersebut, misalkan Maret 2025 tema Dolanan Ngabuburit, Februari 2025 Dolanan Lemah, Januari Dolanan Liburan.
Melalui tema tema khusus inilah, menarik pengunjung untuk datang. “Mereka sangat antusias untuk datang, bahkan tidak ada tema saja mereka berbondong bondong untuk datang,” ujarnya.
Lali Gadget Dimata Orang Tua
Orang tua yang sudah pernah berkunjung dengan membawa anaknya ke Kampung lali gadget takjub akan program serta permainan yang disajikan. Anak anak dibawa ke dunia anak anak yang sebenarnya.
Mereka yang tidak pernah lepas gawai di Kampung lali gadget, seolah olah mendapat suntikan energi baru untuk kembali ke permainan anak anak sebenarnya. Ilyas salah satu warga Surabaya yang pernah datang ke Kampung gadget menuturkan sangat terkesan begitu masuk Kampung Lali Gadget.
“Kita yang orang tua saja langsung ingat masa masa anak anak dulu, bagaimana tidak semua permainan yang disajikan mengajak kita mengendak masa lalu, dan ini sangat bagus untuk anak anak kita,” katanya.
Pemerintah atau swasta harus memiliki kepedulian untuk melestarikan tempat tempat seperti ini. Makanya saat mendengar Kampung Lali gadget masuk dalam Kampung Berseri Astra (KBA), Ilyas mengaku sangat gembira dan mendukung penuh KBA yang ikut melestarikan kampung Lalu Gadget.
Kampung Lali Gadget Naik Kelas
KBA Lali Gadget menjadi bagian dari program Astra untuk dilestarikan keberadaannya. Sejak kehadiran Astra, geliat Kampung Lali Gadget sangat dirasakan tidak hanya di lokasi wisatanya tapi juga seluruh kampung.
Ketua Yayasan Kampung Lali gadget Achmad Irfan mengakui peran Astra cukup besar. Terlebih setelah dirinya mendapat SATU Indonesia Award, Kampung Lali gadget menjadi naik kelas.
Penghargaan yang diberikan membuat Kampung Lali Gadget dikenal di seluruh Indonesia, tidak hanya di Jawa Timur. “Semua orang kenal kampung kita, begitu menerima penghargaan dari Astra SATU Indonesia Award,” kata Irfan.
Meski baru tersentuh melalui KBA Tahun 2024, namun keberadaan Astra memberikan nilai lebih bagi Kampung Lali Gadget. Yayasan kerap diminta untuk berbagi inspirasi ke daerah lain di Indonesia.
Pihaknya diberi kesempatan untuk gathering serta lokakarya dan menjadi narasumber. Ini yang membuat kampung Lali Gadget terus berkembang. Pendanaan yang pernah diberikan, juga membantu masyarakat yang diwujudkan empat pilar, yakni Kesehatan, Wirausaha, Lingkungan dan Pendidikan.
Harapan satu satunya, tidak lain Astra terus memberikan sentuhan ke masyarakat khususnya mereka yang memiliki program edukatif untuk masyarakat. “Astra harus menyentuh ke daerah daerah terpencil juga agar bisa dirasakan masyarakat luas,” ujarnya Irfan.
“Kampung Lali Gadget” di Sidoarjo contoh nyata solusi cerdas berbasis kearifan lokal untuk mengatasi Kecanduan gawai pada anak.
Program ini mengajarkan kita bahwa kegembiraan, interaksi sosial, dan tumbuh kembang optimal anak sejatinya dapat ditemukan kembali melalui kekayaan permainan tradisional dan eksplorasi alam, alih-alih layar digital.
Inilah model pendidikan yang inspiratif, menggabungkan budaya dengan pendidikan parenting untuk mengembalikan keceriaan masa kecil yang autentik.(Faishol).
.jpeg)




