-->

Notification

×
Kunjungi Pengiklan

Pelaku UMKM Pembuat Kue Basah di Kampung Kue Surabaya Resah

Jumat, 28 November 2025 | Jumat, November 28, 2025 WIB Last Updated 2025-11-28T08:24:59Z


 


 

SURABAYA, 28 NOVEMBER 2025


Surabayasatu.net - Pelaku UMKM kue rumahan di Kampung Rungkut Lor, Surabaya, Jawa Timur, resah menyusul langkanya tepung beras pecah impor yang menjadi bahan dasar membuat kue. Mereka enggan menggunakan bahan dasar tepung beras local  mengingat kualitas kue menjadi rendah.

 

Sebagian besar UMKM di Kampung Kue ini memproduksi jajanan pasar tradisional, seperti apem, nagasari, kue lapis pelangi, carabikang, pancong, cucur dan putu ayu, selama ini banyak mengandalkan bahan baku tepung beras kemasan bermerek yang banyak di jual di pasaran.


“Sementara tepung beras berkualitas yang jadi andalan para pelaku usaha pembuatan kue tersebut menggunakan bahan dasar beras pecah yang diimpor dari luar negeri, kini sulit didapatkan,” kata Sumarti salah satu pembuat kue dari kampung kue Rungkut Surabaya, Jumat (28/11).


Menurutnya, sejak menggunakan bahan lokal kue apem tidak mengembang dan Kusam, tekstur kuenya tidak terlihat. Ia mengaku bahwa selama ini menggunakan tepung beras kemasan bermerek siap pakai yang ada di pasaran, ketimbang harus menggiling dan membuat tepung beras sendiri.

 

Ia cukup banyak menerima pesanan kue apem dari para pelanggannya, rata-rata mencapai 200-300 potong kue apem perhari, menghabiskan sebanyak 4,5 kilogram tepung beras merek tertentu yang dibelinya di toko. Jika masuk bulan puasa, pesananannya bahkan melonjak sampai 1000 potong.

 

Sumarti mengaku sempat mencoba membuat adonan kue apem dengan tepung beras hasil penggilingan beras lokal. Namun produk kue apem yang dihasilkan jauh dari harapan. 


“Warna kue apemnya cenderung agak kusam kecoklatan, tidak cerah seperti biasa. Adonannya sulit mengembang dan setelah matang hasilnya lembek seperti bubur,” ujar Sumarti.

 

Sumarti yang juga membuka toko kue “Dimmar Berprabu” di rumahnya mengaku tak berani menggunakan tepung beras berbahan baku beras lokal, karena kualitas kue apemnya menurun

sehingga berpengaruh pada usahanya. Selain teksturnya lebih lembek, kue apemnya tidak bisa tahan lama dibandingkan menggunakan tepung kemasan bermerek. Sumarti lebih memilih menggunakan  tepung beras bermerek karena kuenya jadi lebih padat, teksturnya pas, warnanya bagus dan tidak merubah rasa.

 

“Saya angkat tangan kalau pakai tepung beras itu lagi (berbahan baku beras lokal). Konsumen banyak yang komplain kok hasilnya beda, dimakannya juga beda. Daripada nanti jadi kendala kalau ada pesanan, lebih baik saya tidak pakai,” ujarnya.

 

Kue Nagasari Lembek dan Lengket Pengalaman serupa juga dialami Siti Jamilatun, perempuan paruh baya warga Kampung Kue Surabaya yang menekuni pembuatan kue tradisional nagasari dan lapis pelangi. 


Jamilatun mengungkapkan, ia pernah pula membuat kue nagasari menggunakan tepung beras berbahan baku beras lokal. Kue nagasari yang ia buat ternyata hasilnya kurang bagus, lebih lembek, lengket dan menempel saat dibungkus daun pisang. Selain itu warnanya kurang menarik dan agak kusam, tidak cerah seperti biasanya.

 

“Gak berani lagi pakai tepung beras yang itu (berbahan baku gilingan beras lokal), takut gak jadi kuenya. Sudah bikinnya susah, nanti usaha saya juga ikutan susah Saya lebih memilih tepung beras bermerek yang ada di pasaran,” ujar Jamilatun.

 

Keresahan para pelaku UMKM industri kue rumahan mendapat tanggapan dari pemerintah Kota Surabaya. Menurut Febrina Kusumawati, Kepala Dinas Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah, serta Perdagangan (Dinkopumdag) Surabaya, para pelaku UMKM tentu lebih memahami merek apa yang terbaik bagi mereka untuk membuat kue.

 

“Saya rasa pelaku UMKM tidak sampai mendalami kalua tepung yang terbaik adalah yang terbuat dari beras pecah impor, patokannya adalah pada merek,” ujar Febrina.

 

Ia menambahkan, jika saat ini ada kekhawatiran pabrik tepung akan mengalami kesulitan mendapatkan bahan baku berupa beras impor, terkait larangan impor beras, hal itu bukan menjadi urusan para pelaku UMKM. 


“Agar tidak bertabrakan dengan kebijakan pemerintah yang melarang impor beras, mulai sekarang pabrik tepung harus melakukan penyesuaian dengan memanfaatkan beras dalam negeri,” tegas Febrina.

 

Pemerintah tentu tidak menghendaki pabrik tepung beras yang ikut menggerakan roda

perekonomian rakyat akan tutup karena tidak adanya bahan baku beras impor. “Supaya pabrik tepung beras bisa berproduksi dan pelaku UMKM bisa beraktivitas seperti biasa, maka harus ada win win solution. Sebab kalau pabrik tepung beras sampai kesulitan bahan, akan berdampak luas termasuk akan terjadi PHK (Pemutusan Hubungan Kerja). Ini yang harus dicegah,” ungkapnya.***SO


×
Berita Terbaru Update