SURABAYA, 31 OKTOBER 2025
Surabayasatu.net - KRI Surabaya 509 meninggalkan Dermaga Semampir Surabaya, pukul 13:00 WIB untuk misi kemanusiaan mengirimkan bantuan ke Pulau Bawean yang awal September 2025 mengalami gangguan distribusi bahan pokok.
Relawan dari berbagai organisasi, mulai dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jatim, Dinas Sosial, TNI Angkatan Laut, Aparatur Sipil Negara (ASN), Jurnalis termasuk warga Bawean sendiri ikut di kapal KRI.
Salah satu jurnalis dari Surabaya Frizal begitu bersemangat mengirimkan perkembangan melalui gawainya ke kantor pusat di Surabaya. Hampir satu jam mengirimkan laporan.
Kartu halo yang dipakainya menjadi kunci keberhasilan setiap laporan yang dibuatnya. Saat kapal melewat Karangjamuang, salah satu area yang cukup jauh dari alur pelayaran Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya, laporan tetap lancar tanpa gangguan.
Malam makin larut, tatkala di tengah Laut Jawa, Frizal masih santai dengan gawainya juga melaporkan kegiatan malam hari yang dilakukan para relawan di atas KRI Surabaya 509.
Lagi pula, sinyal Telkomsel masih menjadi andalan di setiap laporan yang dibuat. “Luar biasa, meski saya di tengah laut, sinyal Telkomsel masih cukup kuat,” kata Frizal yang dibenarkan rekan jurnalis lainnya.
Hampir tidak ada kendala dalam membuat laporan. Bukan hanya Frizal, BPBD Jatim yang menjadi 'jantung' misi kemanusiaan juga menggunakan Telkomsel sebagai satu satunya saluran seluler dalam memberikan laporan ke kantor BPBD Jatim.
Mereka berkumpul menjadi satu dengan para jurnalis di atas geladak KRI Surabaya 509. Mirip parade gawai semua pertemuan di gawai yang mereka bawa. “Pada saat yang sama sinyal di atas laut pun cukup bagus. Laporan pun tidak ada kendala,” ujar Satria salah satu staf BPBD Jatim.
Dalam ukuran Satria, sangat tidak mungkin ditengah laut dan jaraknya dari daratan sangat jauh, sinyal Telkomsel masih sangat dirasakan manfaatnya oleh para lawan, padahal awalnya pesimis saat di tengah laut mampu melaporkan ke kantornya.
Meski dia mengakui terkadang juga muncul blank spot dimana sinyal internet tiba-tiba melemah. Meski sinyalnya satu strip, namun masih mampu dimanfaatkan. “Memanfaatkan sisa sisa sinyal yang ada, sampai benar tidak bisa lagi,” kata Satria.
Tepat pukul 24:00 ketika KRI Surabaya 509 berada di antara Pulau Bawean dan Pulau Jawa. Sinyal mulai mulai meredup, dan benar-benar hilang sama sekali. Tapi, mereka bersyukur melalui Telkomsel, hampir semua laporan yang disampaikan ke kantor pusat dikirim sempurna.
Kuatnya jaringan Telkomsel hingga di tengah laut tidak terlepas dari upaya perusahaan BUMN itu membangun kombinasi survei lapangan, citra satelit, dan kolaborasi dengan pemerintah daerah.
“Untuk memperkuat sinyal Telkomsel menggunakan berbagai teknologi mulai dari microwave link, small cell, hingga satelit hybrid,” kata Manager Network Performance Analysis and Consolidation Jawa Bali Telkomsel, Zaki Fithra.
Menurur Zaki, Telkomsel memiliki komitmen yang kuat untuk menghadirkan akses internet yang merata, tidak hanya di kota-kota besar tetapi juga hingga ke desa dan pelosok negeri.
“Kami percaya bahwa inklusi digital adalah fondasi penting dalam mendorong pemerataan pembangunan dan peningkatan kualitas hidup masyarakat,” ujarnya.
Oleh karena itu, Telkomsel menjalankan strategi berlapis, antara lain, Ekspansi jaringan secara agresif, dengan membangun BTS 4G di wilayah pedesaan dan 3T (Tertinggal, Terdepan, dan Terluar), termasuk menggunakan teknologi VSAT dan solusi jaringan berbasis satelit untuk daerah yang sulit dijangkau secara fiber atau microwave.
Tak mengherankan, meski berada di tengah Laut Jawa yang jauh dari daratan dan sempat mengalami blank spot, jurnalis dan relawan BPBD Jatim berhasil memanfaatkan sinyal Telkomsel yang terbukti kuat untuk mengirimkan laporan secara sempurna.
Kekuatan sinyal di laut ini didukung oleh penggunaan kombinasi teknologi canggih seperti microwave link, small cell, dan satelit hybrid oleh Telkomsel.(Faishol taselan/FL)





